keajaiban islam

Bukti Obama Yahudi/ Zionis

Senin, 05 April 2010

Modal Kebahagiaan

KELUARGA BAHAGIA BERMODAL IMAN


Sesungguhnya, faktor terpenting dalam kebahagiaan suami istri adalah tegaknya rumah tangga atas dasar cinta dan ketaatan kepada Allah. Ketaatan memiliki pengaruh besar dalam menyatukan suami dan istri. Karena hanya Allah yang memberi petunjuk, keberkahan, dan menyatukan qalbu.

Sejauh mana kita berkomitmen pada pedoman Allah sejauh itu pula kebahagiaan di dunia dan akhirat akan terwujud. Kebahagiaan rumah tangga hakiki bagi seorang muslim akan terwujud atas dasar pilihan yang benar dan dasar-dasar yang kokoh.

“..Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (Thaha : 123-124).

“...Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (Al Baqarah : 229).

“Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus....” (Al Isra’ : 9).

Dalam berinteraksi dengan istrinya, suami yang shalih akan beranjak dari bimbingan-bimbingan dien Islam yang agung. Hal ini secara otomatis akan memberikan andil dalam mengantisipasi banyaknya perselisihan dan mengekang nafsu yang menyuruh berbuat buruk serta menjadikannya berada pada aturan-aturan Allah karena mengharapkan ridha-nya dan takut akan murka-Nya.

Suami yang shalih akan berinteraksi dengan istrinya beranjak dari firman Allah SWT ;

“...dan bergaullah dengan mereka secara patut...” (An Nisa’ : 19).

Dan sabda Nabi SAW :

“ Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap keluarga.” (HR. Ath Thabarani dan Ibnu Majah).

“Tidak ada yang memuliakan wanita melainkan orang yang mulia dan tak ada yang menghinakan wanita melainkan orang yang hina.” (HR. Ibnu ‘Asakir).

“Cukuplah seseorang berdosa bila menyia-nyiakan orang yang dinafkahinya.” (HR. Abu Daud).

Suami yang shalih itulah yang merasa senantiasa dalam pengawasan Allah ketika berinteraksi dengan istrinya dalam segala hal, besar atupun kecil. Ia mengetahui dari hadits Nabi bahwa kesewenang-wenangan adalah kegelapan pada hari kiamat. Dengan demikian, sudah pasti istrinya akan hidup bahagia dan nyaman bersamanya.

Adapun wanita shalihah yang beriman kepada Al Qur’an, membenarkan sunnah Rasul-Nya, Muhammad SAW meyakini bahwa ajaran Islam adalah sumber kebahagiaannya dan kebahagiaan suaminya. Ia meyakini bahwa ia akan diberi pahala atas segala amal yang dilakukannya untuk membahagiakan suaminya seperti pahala mujahid yang berjuang di jalan Allah.

Sesungguhnya Allah melebihkan laki-laki dengan berkumpul dan berjamaah, mewajibkan jihad kepada laki-laki yang bila mereka menang tentu akan dimuliakan, dan jika mereka mati syahid niscaya akan dicatat di sisi Allah sebagai orang-orang hidup yang selalu diberi rezki. Lantas bentuk ketaatan apa yang dapat menyamai amal-amal mereka itu? Nabi bersabda ;

“Sampaikanlah kepada para wanita yang kamu temui bahwa taatnya istri kepada suami dan ia mengakui hak suaminya, menyamai itu semua. Tapi, sedikit diantara kalian yang melakukan hal itu.” (HR. Ath Thabrani dan Al Bazzar).

“Apabila wanita shalat lima waktu, shaum bulan ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya, niscaya diserukan kepadanya : Masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.” (HR. Ibnu Hibban, Ahmad, dan Ath Thabrani).

Istri shalihah telah mengetahui bahwa setelah hak Allah dan Rasul-Nya tidak ada yang lebih wajib dipenuhi selain hak suami. Lantas, sudahkah kita mengetahui bahwa kebahagiaan kita adalah komitmen dengan syariat Allah dan menerapkan hukum-hukum-Nya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar